Senin, 07 September 2009

Hutan itu menunggu Moratorium



-Climate change,Jakarta. Beberapa tahun terakhir masalah ini menjadi pembicaraan dunia. Dua pulau Bali diibaratkan hilang tiap tahunya di Indonesia akibat penebangan hutan yang tidak terkendali. Banyak kebijakan pemerintah Indonesia yang sudah dikeluarkan namun tidak teraplikasi secara kongrit.

Penganalogian diatas bukan hitung-hitungan asal. Menurut beberapa sumber LSM seperti Walhi,Greenpeace,WWF,dll hutan di Indonesia mengalami penyusutan terbesar di dunia. Betapa tidak , setiap menitnya tanpa kita sadari luas hutan di Indonesia hilang seluas 3 lapangan sepakbola. Akibat yang ditimbulkan bukan saja hilangnya pohon-pohon besar ,namun juga berdampak pada hilangnya keanekaragaman hayati,resapan air yang semakin berkurang,bencana alam, dan yang terpenting adalah hilangnya sumber air bersih dan paru-paru dunia. kalau sudah demikian,siapakah pihak yang harus disalahkan ? Pemerintah sebagai penyedia kebijakan? Pelaku bisnis hutan? atau malah kita yang tidak peduli dengan lingkungan di sekitar kita? Jawabanya tentu ada pada kita masing-masing. Namun bila kita telaah lebih jauh tampaknya para pelaku industri kayu dan pemerintahlah yang bertanggung jawab atas kerusakan hutan di Indonesia saat ini. Para pengusaha kayu yang diberi izin untuk melakukan penebangan hutan sering kali melebihi kouta yang ditetapkan,bahkan ada pengusaha kayu nakal yang menyogok “elite senayan” untuk memakai hutan lindung/Taman nasional yang seharusnya dijadikan sebagai cagar ekosistem lingkungan hidup di Indonesia. Namun ironisnya, Pemerintah yang seharusnya menjadi pelindung dari hutan-hutan yang gundul itu, malahan berperan menjadi partner mengguntungkan bagi para ilegal loging. Beberapa kebijakan yang dikeluarkan Pemerintah hanyalah stimulus sementara. Bagaimana mau mencangkan menanam berjuta-juta pohon kalau pemerintah masih memberi ruang kepada para pelaku nakal penebangan kayu? Sedangkan menanam pohon butuh waktu 50 tahun lebih agar pohon itu layak untuk ditebang. Kalau begitu, kita sebagai generasi muda seharusnya menjadi generasi penggerak perubahan karena anak-anak muda akan mewarisi hutan yang sekarang ini sedang sakit. Kita harus berani untuk menjadi oposisi pemerintah dan menyerukan “Moratorium hutan Indonesia untuk masa dpan yang lebih baik” . (bm)
Nama : bimo aditya
Kelas: X.1/25

1 komentar: