Senin, 27 Juli 2009

liburan sekolahku

Belajar,berlibur, dan bekerja
(Jakarta 27/07)-Masa liburan sekolah yang panjang biasanya diisi dengan berpergian dengan keluarga atau sekedar hangout dengan teman atau pacar. Hal itu juga terpikirkan olehku. Namun terkadang tuhan punya rencana lain bagiku. Inilah pengalaman liburanku yang tidak akan aku lupakan.

T
epat 5 juni 2009 silam, ketika jariku sedang asik dengan teman cating dengan teman baruku, tiba-tiba terlintas di benaku untuk membuka rubrik kompas muda yang memang terbit setiap jumaat. Ternyata di salah satu sudut rubrik kompas muda tersebut, aku melihat terdapat lowongan magang dalam rangka mengisi liburan. Ada 3 posisi yang ditawarkan, diantaranya adalah Fotografer, Reporter, dan illustrator. Aku berfikir sejenak. Setelah berfikir, aku tertarik untuk mengikuti program ini. Alasanya sederhana, yaitu menyalurkan hobiku menulis. Setelah melewati berbagai seleksi dan proses wawancara layaknya proses sebuah wartawan yang ingin bekerja di kompas, tepat hari jumaat
18 juni 2009 namaku terpampang pada rubrik kompas muda. Ada 28 magangers (sebutan wartawan magang kompas muda) yang juga lolos dalam program ini. Ke-28 magangers tersebut terbagi atas reporter,illustrator,dan fotografer. Aku mulai bekerja magang dari tanggal 22 juni- 18 juli 2009, dengan hari kerja senin – jumaat . namun tak jarang hari sabtu dipergunakan untuk berbagai keperluan kerja.
Tuhan memberikan kekuatan lebih
Sebelum masuk hari pertamaku magang di kompas, aku disubukan acara LDP Mentor yang diadakan 18 – 20 juni 2009 di waduk jatiluhur, purwakarta. Hari minggu 20 juni sedianya menurut jadwal,aku sampai kembali ke Jakarta pukul 15.00 ternyata meleset hingga pukul 18.00 petang. Setelah menurunkan tas carier dan berfoto dengan teman, baru tibalah aku di rumah pukul 20.30. Badan pegal dan pikiran yang yang masih lelah sempat mengurungkan pikiranku untuk memulai bekerja keeseokan harinya. Hal itu masih diperburuk dengan harusnya mencuci bajuku sendiri karena keluarga dan pembantuku sedang berada di Jogja menghadiri peringatan 1000 hari wafatnya kakeku. Namun senin 22 junu 2009 saat mataku terbangun melihat cahaya matahari yang sudah masuk ke dalam kamarku, badanku terasa segar. Rasa pegal dan lelah sehari sebelumnya seakan hilang dan lenyap begitu saja. Aku rasa tuhan baru saja memberikan semangat baru dalam menyambut hari itu.
Senin 22 juli 2009 kumulai peruntunganku di gedung kompas-gramedia Palmerah,Jakarta pusat. Layaknya seorang siswa baru, begitu juga yang aku rasakan selama minggu pertama aku bekerja di kompas. Teman baru, suasana bekerja, mengejar deadline, dan pulang malam adalah pengalaman yang aku alami dalam minggu pertama. Mendengar teori jurnalisme dasar yang diberikan para “papa kompas” (sebutan wartawan senior di kompas) yang disampaikan selama tiga hari. Dua hari kemudian diisi dengan menempel dengan wartawan kompas. Tujuanya adalah agar para peserta terjun langsung ke lapangan melihat secara real kerja para kuli tinta. Banyak cerita seru yang diutarakan teman-temanku. Dari mulai makan bersama menteri sampai melihat mayat di rumah sakit adalah dinamika pengalaman yang susah dilupakan. Bagaimana denganku? Aku sendiri mendapat wartwan Nely Triana, wartawan yang sehari-hari berada pada desk metropolitan. Selama ikut dengan beliau, aku ikut meliput pelayanan transportasi public di Jakarta.
Gonzaga sahabat PL
Kamis 25 juli 2009, para magangers dibagi dalam lima kelompok. Dalam satu kelompok diisi oleh satu fotografer dan illustrator,dan dua reporter. Masing-masing kelompok diberi waktu satu hari untuk membuat proposal laporan liputan yang akan diterbitkan hari jumaat minggu depan. Dalam tiap kelompok ada satu orang yang ditunjuk sebagai pimpinan redaksi (pimred) kelompok. Ada yang menarik dalam kelompoku. Tiga sekolah besar bisa bersatu, walaupun bila melihat latar belakang sekolah masing-masing. Aku dari Gonzaga, sahabtku Rino dari PL, dan Stefanus sebagai Pimred dari CC, sedangkan dua lainya dari SMA31 dan SMA Marsudirini. Ternyata pandangan sebagian orang yang menyebutkan bahwa anak Gonz tidak bisa bekerja sama dengan PL salah besar. Pengalamanku diatas menunjukan secara nyata bahwa kerja sama yang kubangun berjalan baik dan mendapatkan hasil yang bagus. Kelompok kami mengangkat permainan igo dari Jepang yang kami anggap layak diinformasikan kepada para putaubers(sebutan bagi para anak SMA dalam rubrik kompas muda). Jumaat esok harinya menjadi hari yang tegang bagi seluruh para magangers. Maklum proposal yang sudah kami buat ditentukan pada presentasi hari itu. Dan lebih tegangnya lagi putusan diterima atau tidaknya proposal kami ditentukan langsung oleh mas Budiman, selaku pimpinan redaksi harian Kompas. Satu persatu masing-masing kelompok menampilkan presentasinya. Setiap kelompok langsung dikomentari dan diputuskan oleh mas budiman beserta wartawan kompas muda lainya. Dari lima kelompok yang ada, kelompoku salah satu dari tiga kelompok yang ditrima proposalnya dan langsung mendapat surat tugas yang artinya diizinkan untuk meliput berita. Ada dua kelompok yang harus merevisi proposalnya dan mempresentasikanya keesokan harinya. Minggu ke-2 magang, kuhabiskan waktuku untuk meliput ke pusat kebudayaan Jepang, Dubes jepang, dan bertemu narasumber di berbagai tempat.
Kamis 2 Juli 2009 adalah deadline waktu terakhir untuk menyerahkan hasil laporan satu halaman Koran penuh. Semua kelompok berhasil menempati tenggat deadline yang diberikan. Lega rasanya bisa menyelesaikan tugas dalam satu tim. Saatnya beristirahat untuk bersiap tugas baru pada minggu terakhir magang.
Minggu terakhir magang akhirnya tiba. Waktu terasa begitu cepat. Disaat para magangers semakin kompak satu dengan lainya, waktu harus memotong tali persahabatan tersebut. Sama seperti minggu sebelumnya minggu terakhir kami diberi tugas untuk membuat proposal terakhir sebagai liputan hari jumaat. Ada perbedaan pada pembuatan liputan kali ini. Jumlah magangers tiap kelompoknya berjumlah 10 orang, sehingga hanya ada tiga kelompok besar. Presntasi dimulai, berbeda dengan presentasi sebelumnya yang dipimpin langsung oleh pimpinan redaksi kompas, kali ini presentasi dipimpin oleh mbak cipi, selaku kepala desk kompas MuDA. Kelompoku meliput tentang fenomena anak sekolah yang sudah mempunyai bisnis vs anak jalanan bekerja. Banyak pengalaman baru yang didapat kali ini. Mewawancarai kak Seto Mulyadi (ketua Komnas anak) sampai anak jalanan yang ternyata juga mempunyai impian adalah hal luar biasa. “ masalah anak jalanan tidak akan berhenti kalau kita tidak mempunyai social responsibility dan merubah paradigma dari mengasiani menjadi dikasiani”. Kutipan diatas merupakan pernayataan kak seto yang sampai detik ini masih saya ingat.
Program magang akhirnya mencapai babak akhir. Sabtu 11 juli 2009 para magangers dilantik dan dikukuhkan masuk ke dalam keluarga besar Kompas. Bertempat di Lounge XXI Plasa Senayan, para magangers diberikan sertifikat magang dan berbagai voucher nonton XXI dan Dufan, ancol. Suasana kegembiraan sabtu itu bukanlah perpisahan kami para magangers, namun babak baru dimana aku dibuka wawasan baru mengenai jurnalisme sesungguhnya. Sabtu itu juga menutup petualangan liburanku yang menyenangkan.
Pengalaman maganng selama liburan memberikanku wawasan baru mengenai dunia jurnalisme. Pelajaran humaniora yang kudapatkan dari sebuah media besar seperti kompas membuat cakrawala berfikirku berkembang. Melihat dinamika masyarakat secara langsung dan nyata. Aku berharap agar pengalamanku ini menjadi inspirasi bagi para pembaca di kemudian hari. Ad Maiorem Dei Gloriam. (Bimo aditya XIS2)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar